National Law and Minangkabau Customary Law Disparity in Ulayat Land Disputes in the Bidar Alam Area, West Sumatra
DOI:
https://doi.org/10.38035/jgsp.v3i3.425Keywords:
legal disparity, ulayat land, Minangkabau customary law, UUPA, agrarian conflictAbstract
This study critically examines the structural conflict between Indonesia’s positivist legal framework and indigenous ulayat land tenure, using the Bidar Alam case as a focal point. The criminalization of customary land defenders and the continued exploitation of ancestral land by corporations expose the state’s failure to operationalize Article 18B(2) of the 1945 Constitution. Despite formal recognition, customary law remains subordinated through weak legal pluralism, bureaucratic inertia, and epistemological misrecognition. Utilizing a normative juridical method and a conceptual framework rooted in Van Vollenhoven’s adatrecht, John Griffiths’s legal pluralism, and Romli Atmasasmita’s Integrative Legal Theory, this study interrogates the systemic marginalization of masyarakat adat. It advocates for a radical restructuring of Indonesia’s legal architecture beyond symbolic recognition toward substantive justice through dialogical legality. The goal is to harmonize state and customary law by institutionalizing adat practices, strengthening local governance, and embedding indigenous sovereignty within legal mechanisms. This integrative approach is essential for achieving plural, inclusive, and post-colonial agrarian justice.
References
Adamsyah, A., Erwinsyahbana, T., & Putri, R. N. (2024). Penerapan Keadilan Restoratif dalam Penanganan Tindak Pidana Ringan Berbasis Kearifan Lokal di Polres Pariaman. Jurnal Hukum dan Keadilan Restoratif, 9(1), 45–61.
Aqila, R. M. (2023). Permasalahan hukum terhadap pelaksanaan peralihan hak atas tanah secara adat. UNJA Journal of Legal Studies, 1(1), 217–235.
Arif, M. S. (2022). Mengenal sistem hukum waris adat. Siyasah: Jurnal Hukum Tata Negara, 5(1).
Arsyad, Y., Maulana, M., & Hanafiah, R. (2023). Urgensi Regulasi Khusus tentang Keadilan Restoratif dalam RKUHAP: Analisis terhadap Praktik Hukum di Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia, 20(3), 312–328.
Asmui, A., Rahmat, R., & Nofrion, N. (2022). Restorative Justice dalam Hukum Adat Minangkabau: Studi Kasus Kerapatan Adat Nagari. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 11(2), 101–117.
Atmasasmita, R. (2012). Teori hukum integratif: Rekonstruksi terhadap teori hukum pembangunan dan teori hukum progresif. Jakarta: Genta Publishing.
Aufa, F. S. (2023). Kebijakan tokoh adat dalam menetapkan aturan larangan penjualan tanah ulayat kepada kaum pendatang. Jurnal Ideologi dan Konstitusi PKP UNP, 3(1), 19–31.
Bukhari, F. (2021). The role of “Kerapatan Adat Nagari (KAN)” in solving the dispute of communal land. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 6(2), 329–345.
Chandra, A. (2022). Permasalahan tanah ulayat pasca kegiatan pendaftaran tanah sistematik lengkap di Sumatera Barat. Tunas Agraria, 5(2), 77–93.
Citrawan, F. A. (2020). Konsep kepemilikan tanah ulayat masyarakat adat Minangkabau. Jurnal Hukum & Pembangunan, 50(3), 586–602.
Fajar, P. P. (2024). Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012 terhadap pengaturan hutan adat dan dampaknya terhadap hak masyarakat adat. Perkara: Jurnal Ilmu Hukum dan Politik, 2(2), 39–61.
Griffiths, J. (1986). What is legal pluralism? Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law, (24), 1–55.
Ikhsan, E. (2021). Konflik tanah ulayat dan pluralisme hukum. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Irawan, R. B., Sitorus, M., & Ramadhan, A. (2021). Perbandingan Sanksi Adat terhadap Perzinahan dalam Perspektif Hukum Adat Minangkabau dan Batak. Jurnal Hukum Adat Nusantara, 5(1), 75–88.
Jabarudin, J. (2022). Kewenangan pemerintah daerah untuk penetapan tanah ulayat dalam peraturan daerah. Sibatik Journal: Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, dan Pendidikan, 1(3), 185–202.
Japar, M. S. (2021). Kajian masyarakat Indonesia & multikulturalisme berbasis kearifan lokal. Surabaya: Jakad Media Publishing.
Krismantoro, D. (2022). Pengakuan hak masyarakat adat atas tanah ulayat: Analisis hubungan antara hukum nasional dan hukum adat. AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional, 4(2), 21–32.
Pulungan, M. S. (2023). Menelaah masa lalu, menata masa depan: Sejarah hukum tanah ulayat dan model penanganan konflik sosialnya. Undang: Jurnal Hukum, 6(1), 235–267.
Putri, S. M. (2021). Kepemilikan tanah (adat) di Minangkabau. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 5(2), 271–279.
Setyowati, R. K. (2023). Pengakuan negara terhadap masyarakat hukum adat. Binamulia Hukum, 12(1), 131–142.
Shebubakar, A. N. (2023). Hukum tanah adat/ulayat. Jurnal Magister Ilmu Hukum: Hukum dan Kesejahteraan, 4(1), 14–22.
Tama, B. W. (2024). Quo vadis penatausahaan tanah ulayat di Indonesia: Studi komparasi dengan sistem pendaftaran tanah ulayat di Ethiopia. Tunas Agraria, 7(2), 126–143.
Van Vollenhoven, C. (1901–1932). Het Adatrecht van Nederlandsch-Indië [The Adat Law of the Netherlands Indies] (17 vols.). Leiden: E. J. Brill.
Wangi, N. K. (2023). Analisis yuridis hak ulayat terhadap kepemilikan tanah adat berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960. Jurnal Ilmu Hukum Sui Generis, 3(3), 112–121.
Wiguna, M. O. (2021). Pemikiran hukum progresif untuk perlindungan hukum dan kesejahteraan masyarakat hukum adat. Jurnal Konstitusi, 18(1), 112–137.
Yuliyani, A. P. (2023). Peran hukum adat dan perlindungan masyarakat adat di Indonesia. Jurnal Hukum dan HAM Wara Sains, 2(09), 860–865.
Zai, F. R. (2025). Mekanisme penetapan eksistensi hak ulayat sebagai dasar pengakuan negara. Jurnal Hukum Justice, 1(1), 108–114.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 M. Yudi Satria, Purwadi Wahyu Anggoro, Joko Setiono

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Hak cipta :
Penulis yang mempublikasikan manuskripnya di jurnal ini menyetujui ketentuan berikut:
- Hak cipta pada setiap artikel adalah milik penulis.
- Penulis mengakui bahwa Jurnal Greenation Sosial dan Politik (JGSP) berhak menjadi yang pertama menerbitkan dengan lisensi Creative Commons Attribution 4.0 International (Attribution 4.0 International CC BY 4.0) .
- Penulis dapat mengirimkan artikel secara terpisah, mengatur distribusi non-eksklusif manuskrip yang telah diterbitkan dalam jurnal ini ke versi lain (misalnya, dikirim ke repositori institusi penulis, publikasi ke dalam buku, dll.), dengan mengakui bahwa manuskrip telah diterbitkan pertama kali di JGSP.